Laman

Sabtu, 24 Desember 2011

Potensi Microalgae sebagai Energi Masa Depan


Luas wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 Perairan Nusantara dan 2,7 km2 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) atau 70 persen dari luas total Indonesia. Sudah sepantasnya Indonesia dengan luas wilayahnya yang sebagian besar lautan disebut negara maritim. Namun, sebutan negara maritim yang sudah melekat pada masyarakat Indonesia ternyata belum terbukti. Masih banyak yang harus diperbaiki terutama dalam hal eksplorasi kelautan. Selain kekayaan ikan, terumbu karang dan rumput laut masih ada potensi kekayaan indonesia yang perlu dikembangkan yaitu microalgae.
 
Energi Alternatif Masa Depan
Bahan bakar nabati dari mikroalga (fitoplankton) menjadi salah satu alternatif energi bersih andalan masa depan. Sebagai biofuel, mikroalga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan biofuel lainnya. Mikroalga dapat tumbuh cepat, bahkan dalam waktu tujuh hari sudah bisa panen. Sementara tanaman jarak pagar misalnya, enam bulan baru bisa dipanen, dengan waktu efektif mencapai tiga tahun. Luas lahan budidaya mikroalga juga dapat dimaksimalkan dengan bantuan teknologi fotobioreaktor.

Dari segi kualitas, mikroalga merupakan mikroorganisme laut dengan kandungan minyak tinggi (mencapai lebih dari 50%), bahkan spesies mikroalga yang hidup di air tawar, Botroyococcus braunii memiliki kandungan lemak hingga 70%. Mikroalga juga masih menjadi sumber minyak terbaik di dunia. Hampir semua minyak yang kita peroleh dari perut bumi berasal dari sisa mikroalga yang hidup ribuan tahun lalu.

Selain di laut, mikroalga juga banyak ditemukan di air tawar. Mikroalga memiliki fungsi serupa dengan kebanyakan tumbuhan, yakni mengusir karbondioksida dari atmosfer dan menghasilkan oksigen melalui fotosintesis.

Dalam tubuh mikroalga terkandung protein, lemak, dan karbohidrat, yang semuanya dapat dimanfaatkan. Lemak diolah menjadi minyak diesel melalui proses ekstraksi, karbohidrat dari mikroalga diolah menjadi etanol (alkohol) dengan proses fermentasi yang sama dengan proses pembuatan tape singkong, dan protein-nya dapat dijadikan pakan ternak.

Lahan perkebunan saat ini berlomba-lomba memproduksi biodiesel dan bahan bakar lain dari kedelai, singkong, dan kelapa sawit. Jika semuanya diperbandingkan, kedelai menghasilkan 50 galon minyak per setengah hektar per tahun. Singkong menghasilkan 160 galon, kelapa sawit sekitar 600 galon, sedangkan sejumlah jenis mikroalga sanggup menghasilkan sekitar 2.000 galon per setengah hektar per tahun.

Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menumbuhkan cukup mikroalga yang bisa memenuhi konsumsi energi dunia. Walaupun mikroalga hidup di perairan, metode yang dikembangkan untuk menumbuhkan mikroalga berbasis pada daratan, yakni kolam-kolam dan bioreaktor tertutup. Kolam terbuka berbentuk terusan dangkal berisi air tawar atau air laut, tergantung jenis mikroalga yang dikembangbiakkan. Adapun bioreaktor tertutup memakai serangkaian perangkat dan dikontrol dengan komputer.

Pada proses terakhir adalah menggunakan kantong membran forward osmosis yang terapung di permukaan laut untuk mengumpulkan energi panas matahari seiring mikroalga di dalamnya memproduksi oksigen dari fotosintesis. Mikroalga akan diberi makan oleh nutrisi dalam buangan, dan sel minyaknya semakin berkembang. Melalui osmosis, kantong tersebut akan menyerap karbondioksida dari udara lalu melepaskan oksigen dan air bersih. Ketika seluruh proses ini selesai, munculah bioenergi dan buangannya akan diproses.
Berikut adalah Tabel Kimia Alga Ditunjukkan dalam Zat Kering (%)
Komposisi Kimia

Protein
Karbohidrat
Lemak
Nucleic Acid

Scenedesmus obliquus
50-56
10-17
12-14
3-6
Scenedesmus quadricauda
47
-
1.9
-
Scenedesmus dimorphus
8-18
21-52
16-40
-
Chlamydomonas rheinhardii  
48
17
21
-
Spirulina platensis
46-63
8-14
4–9
2-5
Porphyridium cruentum
28-39
40-57
9-14
-
Prymnesium parvum
28-45
25-33
22-38
1-2
Tetraselmis maculata  
52
15
3
-
Euglena gracilis
39-61
14-18
14-20
-
Dunaliella salina    
57
32
6
-
Dunaliella bioculata    
49
4
8
-
Spirogyra sp.
6-20
33-64
11-21
-
Chlorella pyrenoidosa  
57
26
2
-
Chlorella vulgaris   
51-58
12-17
14-22
4-5
Spirulina maxima
60-71
13-16
6-7
3-4.5
Synechoccus sp.
63
15
11
5
Anabaena cylindrica
43-56
25-30
4-7
-

Sabtu, 17 Desember 2011

what is a free radical? (APA ITU RADIKAL BEBAS?)

Berdasarkan penelitian Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil, mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Molekul tesebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah. 
Teori penuaan dan radikal bebas pertama kali digulirkan oleh Denham Harman dari University of Nebraska Medical Center di Omaha, AS pada 1956 yang menyatakan bahwa tubuh mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak. Kanker dan tumor banyak disepakati para ilmuwan sebagai penyakit yang berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini. Bahaya lainnya yang ditimbulkan radikal bebas adalah bila bereaksi dengan low-density lipoprotein (LDL)-cholesterol menjadi bentuk yang reaktif, dikenal faktual sebagai faktor resiko penyakit jantung. 
Dugaan bahwa radikal bebas tersebar di mana-mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di dalam makanan kita, bahkan karena olah raga yang berlebihan, menyebabkan tidak adanya pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi “gempuran” radikal bebas adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.
Pemahaman ilmiah tentang hubungan radikal bebas dengan antioksidan baru muncul pada tiga hingga empat dekade terakhir ini. Hingga kini, berbagai uji kimiawi, biokimia, klinis dan epidemiologi banyak mendukung efek protektif antioksidan terhadap penyakit akibat stres oksidatif
Selain jenis antioksidan enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal pula jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan vitamin, seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia. Suplemen vitamin banyak beredar di pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui, hingga saat ini para ahli masih sulit memastikan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. 
Beberapa antioksidan dalam dosis tertentu bisa berubah sifat menjadi prooksidan. Selain itu masalah dosis bersifat normatif, tergantung dari kondisi individu itu sendiri. Individu yang memang selalu berada dalam lingkungan yang memicu keadaan stres oksidatif, bisa mengkonsumsi suplemen vitamin. Sementara individu yang hidupnya relatif tenang, tidak memerlukannya, karena asupan dari makanan sehari-hari yang berkualitas sudah mencukupi.
Vitamin E dan C dikenal sebagai antioksidan yang potensial dan banyak dikonsumsi. Penelitian yang terbaru berdasarkan hasil studi epidemiologi menunjukkan asupan sehari vitamin E lebih dari 400 IU akan meningkatkan resiko kematian dan harus dihindari. Sementara dosis konsumsi vitamin E bagi orang dewasa normal cukup 8-10 IU per hari. Selama ini di pasaran suplemen vitamin E dan C umumnya dijual dalam dosis relatif tinggi. Beberapa produk mengandung vitamin C 1000 mg per tablet. Padahal, kecukupan gizi vitamin C per hari bagi orang dewasa yang hidup tenang, tidak stres atau kondisi lain yang tidak sehat, adalah sekitar 60-75 mg per hari. Untuk mereka yang tinggal di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta, dosis 500 mg bisa diterima.
Vitamin C dan E memang sudah lebih dulu dikenal sebagai jenis antioksidan yang efektif, namun keberadaan senyawa fitokimia sebagai satu alternatif senyawa antioksidan menjadi daya tarik luar biasa bagi para peneliti belakangan ini. Katakanlah, senyawa fenolik. Senyawa ini terdistribusi luas dalam berjuta spesies tumbuh-tumbuhan dan sejauh ini telah tercatat lebih dari 8000 struktur senyawa fenolik diketahui. Komponen fenolik merupakan bagian integral dari diet makanan manusia, terkandung dalam sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan sebagainya. 
Walaupun asupan fenolik bervariasi tergantung lokasi geografi, diperkirakan asupan manusia seharinya berkisar 20 mg- 1 g, melebihi vitamin E. Berbagai hasil penelitian membuktikan senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekin dari teh bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Atau contoh lainnya adalah isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur, dapat menurunkan risiko kanker payudara. 
Senyawa lainnya adalah senyawa karotenoid. Amerika Serikat mencatat kanker prostat sebagai penyebab kematian kedua setelah kanker paru-paru di negaranya. Vogt TM dan rekan melaporkan kadar likopen dalam serum warga kulit hitam AS lebih rendah dibandingkan kulit putih. Hal ini patut diperhitungkan, mengingat tingginya kejadian kanker prostat di kalangan warga kulit hitam. 
Penduduk negara mediteranian, seperti Italia, Yunani, Spanyol, Mesir, Siprus dan Maroko memiliki tradisi mengkonsumsi tomat. Studi epidemiologi di beberapa daerah di Italia dan Yunani menunjukkan angka kejadian yang rendah untuk penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker seperti kolon, payudara, dan prostat. 
Tomat dikenal kaya dengan senyawa karotenoid, terutama likopen. Kandungan terbesarnya dalam tomat adalah dalam bentuk trans, namun dalam proses pemasakan berubah menjadi bentuk sis. Hal ini diduga juga terjadi secara in vivo. Likopen merupakan senyawa yang amat sulit larut dalam air. Dalam tomat sendiri, likopen berikatan dengan membran dan tidak mudah lepas. Selama proses pemasakan, ikatan tersebut melemah. Ini yang menjadi penyebab kandungan likopen pada tomat yang dimasak lebih banyak dibandingkan tomat segar. 
Struktur kimia likopen membuatnya sebagai senyawa nonpolar yang jauh lebih mudah larut dalam minyak. Tradisi masakan mediteranian yang kerap berbahan tomat yang dimasak dengan minyak zaitun (olive oil) ternyata menghasilkan pelepasan likopen secara optimal dan membuatnya lebih efisien penyerapannya, sehingga mudah masuk ke jaringan dan sel. 
Hingga saat ini, studi epidemiologi yang telah dilakukan secara konsisten menunjukkan hubungan terbalik antara konsumsi sayuran dan buah-buahan dengan resiko penyakit kardiovaskuler dan beberapa jenis kanker. 
Fakta ini membuat salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu National Cancer Institute dan European School of Oncology Task Force on Diet, Nutrition and Cancer merekomendasikan konsumsi buah dan sayuran 5 kali atau lebih dalam sehari untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Hal yang sama juga dilakukan pemerintah Jepang yang dikenal begitu gencar melakukan promosi kesehatan. Kenko Nihon 21 mencantumkan target konsumsi sayuran bagi orang jepang : lebih dari 350 gr sehari. Dengan kondisi alam yang subur, kekayaan varietas tanaman dan tradisi makanan kaya rempah, manusia Indonesia pun tentu sangat mungkin menerapkannya. 

Sumber Eksogen Radikal Bebas
1. Obat-obatan :
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk
peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia
dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika
kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat
kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang
memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason,
beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat
menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak
mempercepat peroksidasi lemak.2,4
2. Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel
(partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer
dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal
primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai
atau bersama cairan seluler.1
3. Asap rokok :
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan
yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan
asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo)
melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan
bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat
besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin
cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli.
Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung
karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil
dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties
dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil
berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam
jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan
radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa
perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang
mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.1,2


















Reaksi perusakan oleh radikal bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen
reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen.
Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak,
protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ
tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas.
a. Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah
dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi
lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan.
Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi.1,2
LH + R·® L·+ RH
L· + O2® LOO·
LOO· + L'H ® LOOH + L'·
LOOH ® LO·, LOO·, aldehydes.
b. Kerusakan protein
Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA,
sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat.
Serangan radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat
ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang
pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam
protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan
dengan ion logam transisi.1,2
c. Kerusakan DNA
Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi
suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan
molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan
terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar
DNA seperti pada radiasi biologis.

Antioksidan dan enzim pembersih (scavenging)
Antioksidan
Glutathione

Sulfhydryl
Vitamin C

Vitamin E

ß -carotene
Uric acid

Bilirubin
Coenzyme Q 10

Antioksidan utama didalam dan diluar sel. Dalam sel 2-10 mM, plasma 5-25 μ M
Cysteine dan homocysteine
Antioksidan hidrofilik pada ekstraseluler 40-140 μ M dalam plasma
Pembersih pada ruang hidrofobik dalam plasma terikat pada LDL 0.5-1.6 mg/dl (10-40 μ M)
0.055 mg/dl
Hasil metabolik adenosin dan xantine. Antioksidan kuat
terhadap radikal hidroksil (HO? )
Antiokasidan hidrofobik terikat pada albumin 20 μ M
0.08 mg/dl
Enzim pembersih
SOD
Cu/Zn-SOD
Mn-SOD
Extracelluler SOD (ECSOD)
Catalase
GSH peroxidase
GSSG reductase
Thioredoxin system

Terdapat pada semua sel mamalia
Sitosol, eritrosit 2300 unit/g Hb
Mitokondria
Plasma dan endotel permukaan, terikat pada heparin

Peroksisum, RBC 153.000 unit/g Hb
Sitosol (75%), mitokondria (25%)
NADPH dependent
Regulasi redok
Binding protein
Albumin
Ceruloplasmin
Transferin

Antioksidan kuat 0.5 mM dalam plasma
Aktifitas feroksidase 15-60 mg/dl plasma
Membersihkan Fe bebas 200-400 mg/dl
Metalothionein
Membersihkan logam berat

Katakan TIDAK pada Obat Kimia


RADIKAL BEBAS SUDAH MENYEBAR DI MANA-MANA. Berton-ton racun kimia telah mencemari  air dan tanah Indonesia. Sabun, shampoo, deterjen, pestisida, pengawet, kosmetik, dan obat-obatan semua mengacaukan ekosistem, merusak tanaman, mengganggu kehidupan hewan, dan yang pasti… kita meracuni diri sendiri dan anak-cucu kita…
Oleh karena itu, tidak heran jika di media massa sering diberitakan adanya hewan maupun manusia yang lahir dengan kelainan genetis, lemah sering sakit-sakitan, atau cacat. Hal-hal seperti ini juga erat hubungannya dengan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi genetika semua mahluk hidup.
Kebiasaan lebih senang memakai pengobatan kimia dibandingkan pengobatan alami ciptaan Tuhan, adalah tindakan yang “TANPA SADAR” merendahkan Maha Karya Tuhan dalam  alam ciptaanNya. Tuhan dengan KemahabijaksanaanNya telah mempersiapkan alam untuk menyembuhkan SEGALA penyakit yang ada, yang siap kita pakai secara murah bahkan ada yg cuma-cuma. Namun dengan kesombongan akan “kepintaran” manusia, kita secara “bawah sadar” berkata kepada Sang Maha Bijaksana, ”Tuhan,… cara dan buatan kami (standar pengobatan manusia dan obat-obatan kimia) lebih manjur daripada cara dan buatanMu (Hukum Alam dan obat alami).
Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen atau obat herbal. Pembuatan obat herbal merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena pembuatan herbal tidak merusak “rancangan” Tuhan atas materi asal yang dijadikan obat herbal. Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Tuhan untuk kebaikan kita.
Pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan ekstrak bawang putih, herbal dari bumbu-bumbu dapur, jamu asli, dan sebagainya.

Lain halnya dengan obat-obatan yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”), sehingga “rancangan awal Tuhan” atas molekul tersebut jadi hilang.
Contoh merusak alam dari molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh Tuhan untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan berbagai masalah kesehatan.
Tindakan seperti ini sama saja dengan mengulangi sejarah awal kejatuhan manusia oleh Adam dan Hawa, ketika manusia ingin menjadi seperti Tuhan. Sekali lagi saya tekankan, tindakan menggantikan alam ciptaan Tuhan dengan obat-obatan kimia dan lebih percaya pada cara manusia, sama saja dengan berkata (dalam tindakan, bukan dalam kata-kata), “Tuhan, saya lebih percaya dengan cara saya sendiri dibandingkan caramu dan ciptaanmu. Caramu kuno Tuhan.”

Jika ada yang berpendapat bahwa pengobatan alami tidak bisa dipercaya karena kurang penelitian, saya katakan ini adalah pendapat yang salah besar. Jika Anda melakukan pencarian pada Search Engine Google, akan Anda dapati beribu-ribu jurnal ilmiah yang mempublikasikan bukti-bukti ilmiah dari pengobatan alami. Bukti-bukti dan fakta sejarah telah ada di depan mata kita!
PERLU KITA KETAHUI!!
Efek samping adalah suatu reaksi tubuh yang menolak terhadap pengobatan yang diberikan, dan ini biasanya diakibatkan oleh karena pengobatan sintetis atau kimia dimana unsur tidak alami ini dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh. Sedangkan proses penyembuhan secara garis besar digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Proses penyesuaian tubuh, dimana tubuh menyesuaikan sistem metabolisme untuk bisa memanfaatkan pengobatan yang diberikan. Reaksi yang mungkin muncul berbeda-beda pada tiap individu, misal: pusing, mual, sakit perut.
2. Proses detoksifikasi, dimana tubuh mengeluarkan racun atau zat-zat berbahaya dari dalam tubuh ketika/setelah menerima pengobatan. Reaksi yang mungkin muncul: batuk-batuk, pilek, demam, gatal-gatal, borok, banyak mengeluarkan keringat, sering buang air kecil dan besar.
3. Proses regenerasi, dimana setelah menerima pengobatan, tubuh menganti sel-sel lama dengan sel-sel baru untuk memperbaiki sel, jaringan atau organ yang telah rusak.

Reaksi yang mungkin muncul: rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, kulit pecah-pecah, badan lemas, demam, dll. Proses penyembuhan yang terkadang menimbulkan reaksi tidak nyaman di atas, harus dialami oleh tubuh supaya tubuh bisa mengalami kesembuhan.

Jika Anda merasakan reaksi tidak mengenakkan setelah menggunakan pengobatan alternatif (termasuk terapi suplemen), dan kemudian Anda menghentikan pengobatan yang diberikan, itu sama saja dengan menghentikan proses penyembuhan. Suatu reaksi bisa dikatakan merupakan suatu efek samping (tubuh menolak pengobatan yang diberikan) apabila setelah melewati 3 hari, kondisi penderita MAKIN BERTAMBAH PARAH pada saat pengobatan diteruskan.

Reaksi-reaksi negatif ini biasanya terlihat langsung pada saat penderita mengonsumsi obat-obatan kimia yang tidak cocok dengan tubuh. Jadi jangan biasakan anda meminum obat-obatan kimia (walaupun hanya obat yang ada di warung sekalipun). Pilek sedikit, obat. Batuk sedikit obat.
Pusing sedikit, obat. Tahukah anda bahwa obat-obatan yang anda konsumsi lama-kelamaan akan menimbulkan penyakit baru yang sebenarnya anda tidak pernah mengalaminya seperti kerusakan pada ginjal, jantung, hati, menyebabkan tumor, hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas, sakit kepala, dan lain sebagainya.

Parahnya lagi obat-obatan kimia tersebut kebanyakan tidak menyembuhkan anda dari penyakit yang anda derita melainkan hanya menghilangkan gejalanya saja. Sedangkan penyakitnya masih bersemayam di dalam tubuh anda. Semua orang juga tahu bahwa mengonsumsi obat kimia adalah berbahaya, sedangkan suplemen bisa kita konsumsi setiap hari. “Katakan TIDAK pada Obat Kimia”

Kamis, 15 Desember 2011

Amazing Mushroom : LingZhi

File:Ganoderma lucidum 01.jpg



We need to make you aware that this research is just that - research.  Lingzhi is not an accepted cure or treatment for Cancer, nor is it universally accepted as a preventative for any Cancer in Traditional Chinese or Western Medicine.
The prestigious Japanese doctor, Dr Fukumi Morishige, M.D., Ph.D., was involved in the research of Lingzhi's role in cancer control at the Linus Pauling Institute in Japan.  It is a large text file and may take some time to download depending on the speed of your connection.
The following is the text of a  speech the doctor gave and case reports given on his experience using Lingzhi.  Please note that the Japanese common word for Lingzhi is Reishi.  The name has been changed in this article to provide consistency with other information on our site.  The speech has been corrected for grammatical purposes to resolve problems in translation.
TCM Alternative offers four Lingzhi products.  Two types of Lingzhi Capsules -Standard Grade Lingzhi Capsule and Premier Grade Lingzhi Capsules.  Our third product is a tea like Lingzhi Herbal Infusion.  Finally, and most highly recommended we offer Lingzhi and Royal Jelly Liquid Tonic from the renowned Beijing Company in the PRC.

"I have been a surgeon for 37 years and have performed numerous operations. I have a keen interest in surgery especially when I was young, but gradually as I became more experienced questions began to appear.  I always felt that the ideal would be to induce the natural immunity power within oneself.
"Being a surgeon, I have had countless occasions to encounter cancer cases; however, the key to cancer treatment is in its early detection.  That is easier said than done. (Detecting cancer in the early, more treatable stages is preferable) about one in a hundred would be considered a good percentage.
"Nowadays, regular physical check-ups is thetrend and this is good practice.  But we have to realize that one cannot let our guard down just because cancer was not detected at the time a of check-up.  People often suspect physicians of misdiagnosing when a cancer is detected at a later date. This notion is incorrect.  There are many cases that can remain undetected even with monthly check-ups.
"It is better to employ preventive measures in the case of cancer but, there is no established method.  One can always use dietary control, but here again there is not an accepted and prescribed regime.  The best method at the present is Lingzhi. I did not know of its amazing effects until after I had used it, and I am truly surprised. During my practice, I have obtained outstanding results using Lingzhi both as a preventive measure, and during the course of treatment.
"I had come across patients and their relatives praising the merits of Lingzhi.  But being a medical person, I had thought that it might have a slight effect on certain chronic diseases, but with cancer, surely, its properties must have been greatly exaggerated.
" In June of 1986, a 39-year-old female came to me with lung cancer and complications of the chest wall membrane. She had been told that she could not be operated on by a number of hospitals. She left in a hopeless state. Upon returning home, her husband started to feed her Lingzhi.  After my examination, I was surprised by the findings after six months, she had edema in the chest cavity, secondary to cancer, and now the symptom had completely disappeared. For a person who had already made her funeral arrangements and was waiting for death to rediscover there is hope for life, was incredible. X-rays had presented an even better picture when going through her medical history. She insisted that her improvement was the result of her husband giving her Lingzhi.
Many studies have concluded and confirmed the fact that cancer patients are generally more susceptible to contracting other diseases due to their lowered body resistance.
However, after being treated with Lingzhi, complications due to such inflections are greatly diminished. I have assigned random cancer patients to administer Lingzhi essence with a control group of patients with other illness, e.g. arthritic rheumatism, chronic bronchitis, hepatitis etc., that is, people with lowered body resistance to diseases.
‘Immunogloburin test determined the level of immunity. We have found that after using Lingzhi, the level of IgA, IgG, IgM increased. This indicates that Lingzhi can elevate the body's resistance to other diseases.
Is Lingzhi Effective Against Cancer?
"Before I give case examples, I would like to explain why I believe Lingzhi is so effective in the treatment of cancer. The reason is not fully understood at the present time and when it is I believe we would have found a successful weapon against cancer. Employing all the latest medical technology, it is found that the polysacchrides in Lingzhi are effective in suppressing cancerous cells.  Japanese scientists are the first in making this discovery. Perhaps this had something to do with the fact that the Japan employs herbal medicine in treatment of diseases and conducts vigorous researches into polysaccharides.
Are the Polysacchrides Effective Against Cancer?
"Polysacchrides are made up of a high number of molecular components, millions of atoms, and this makes it difficult to be absorbed into the human body system. In order to make it easily assimilated, its size has to be lowered and using Vitamin C with Lingzhi helps the polysacchrides are convert into oligoglucan that has a low molecular count and can be more easily absorbed. It in turns stimulates the macrophage that triggers the immune system in the body.  Macre means big.  This type of cell can devour foreign organisms. They are not active when the body is functioning normally, but in the presence of foreign organisms (e.g. bacteria), they become very active in attacking foreign matters.
"The white blood cells in the blood stream comprise the initial defense against diseases but they are ineffective in chronic cases or malignant type of matters, at which time, the lymphocyte becomes the second line of defense. Failing that, the last defense will be the macrophage - it is like a sleeping lion being awakened to attack with truly exceptional result! They are capable of sweeping away foreign organisms thus destroying the cancerous cells in the process. Under the microscope, the macrophage is observed to be one tenth the size of a cancer cell, yet, it possesses the power to destroy the latter.  From this, we can understand their use to the human body.
However, the macrophage cannot be easily activated. We have found that aggregated atoms are responsible for this activation of the macrophage, and Lingzhi contains the substance to manufacture these aggregated atoms.
Lingzhi - A High Molecular Polysaccharides?
"Earlier a patient with high blood pressure had inquired into the effects of Lingzhi.  I had told him that there was certainly no harm in trying as I had conducted research at that time. Even a diluted dose of Lingzhi essence lowers blood pressure. However this patient had maintained his blood pressure level after Lingzhi ingestion. Following my suggestion to take Vitamin C in combination with Lingzhi, his blood pressure dropped to an acceptable level. The reason for this is, as mentioned previously
"Seventeen years ago, I have conducted research into the Vitamin C's ability to break down polysaccharides. At that time, the method of viscosity gauge have been employed. Placing Vitamin C into a measure of polysaccharide substance, a decrease of the polysacharrides molecular count is indicated by a drop in the viscosity.  Thus, confirming Vitamin C's ability of dissolving polysaccharides.
I believe a healthy person needs a supplement of 1 gram to 2 grams a day, that is 1,000 - 2,000 mg. This can contributes greatly to one's well being

8 Tanaman Obat yang Paling Dicari Di Dunia


Indonesia. Negara tercinta kita ini ternyata memiliki potensi kekayaan yang luar biasa, salah satunya dalam bidang biofarmaka (jamu). Berikut adalah daftar tanaman obat (herbal) yang paling dicari di dunia:
1.    Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan atau antanan adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Sejak zaman dahulu, pegagan telah digunakan untuk obat kulit, gangguan saraf, meningkatkan daya ingat dan memperbaiki peredaran darah. Masyarakat Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman untuk lalapan. Pegagan kaya akan kandungan mineral yang diduga merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa.


Pegagan (Sumber:Jualobatherbal)


2.    Jahe Merah (Zingiber officinale)
Jahe merah adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Jahe merah rasanya lebih pedas dari jahe biasa. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron, yang berkhasiat untuk menghangatkan badan, mencegah masuk angin, menambah nafsu makan, dan dapat merangsang regenerasi kulit . Selain itu jahe merah dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual. Namun jahe merah tidak disarankan bagi penderita maag.


jahe merah

3.    Sambiloto (Andrographis paniculata)
Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang, memperlancar air seni , menurunkan panas badan, sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. Selain itu ekstraknya
dapat meningkatkan imunitas tubuh. Sehingga perusahaan farmasi di Amerika telah mempatenkan sambiloto sebagai obat anti-HIV. Tidak disarankan untuk ibu hamil karena rasa pahitnya dapat meningkatkan kontraksi pada rahim.



Sambiloto (Sumber:Tradeindia)

4.    Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 
Dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia berasal dari Papua. Memiliki berbagai zat aktif yang seperti alkaloid, saponin, flavonoid dan polivenol. Khasiatnya untuk menyembuhkan eksim, alergi seperti bersin-bersin dan sesak nafas. Selain itu berkhasiat sebagai pereda rasa sakit, antitumor, anti-HIV, dan anti keracunan.


Mahkota Dewa (Sumber: Blogspot)

5.    Brotowali (Tinospora crispa)
Semua bagian dari bratawali dipakai sebagai obat demam, batangnya dipakai sebagai obat sakit perut dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang. Air rebusannya dapat digunakan untuk mengobati demam,obat luar untuk luka, dan gatal-gatal.  Pada beberapa penyelidikan, ternyata air rebusan batang bratawali dapat memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran. (**)


Brotowali (Sumber: Blogspot)

6.   Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
Tanaman yang memiliki nama latin eurycoma longifolia ini memiliki Kandungan kimia 
Strichnin, brucine, beta sitosterol.
Sehingga tanaman ini memiliki khasiat sebagai berikut:
- Melancarkan sirkulasi darah 
- Meningkatkan stamina laki-laki
- Membantu menyembuhkan disfungsi ereksi
- Meningkatkan hormon testosteron
pasak bumi

7. Mengkudu
Riset medis tentang Mengkudu dimulai setidaknya pada tahun 1950, ketika jurnal ilmiah Pacific Science melaporkan bahwa buah Mengkudu menunjukkan sifat anti bakteri terhadap M. pyrogenes, P. Aeruginosa, dan bahkan E. coli yang mematikan itu.
Studi dan penelitian tentang Mengkudu terus dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan univer­sitas. Sejak tahun 1972, Dr. Ralph Heinicke, ahli biokimia terkenal dari Amerika Serikat mulai melakukan penelitian tentang alkaloid xeronine yang terdapat pada enzim bromelain (enzim pada nenas), dan kemudian menemukan bahwa buah Mengkudu juga mengandung xeronine dan prekursornya (proxeronine) dalam jumlah besar.  Xeronine adalah salah satu zat penting yang mengatur fungsi dan bentuk protein spesifik sel-sel tubuh manusia.
Tahun 1993, jurnal Cancer Letter melaporkan bahwa beberapa peneliti dari Keio University dan The Institute of Biomedical Sciences di Jepang yang melakukan riset terhadap 500 jenis tanaman mengklaim bahwa mereka menemukan zat-zat anti kanker (damnacanthal) yang terkandung dalam Mengkudu.
mengkudu

8. Temulawak (curcuma xanthorhiza)
Temulawak yang termasuk dalam keluarga Jahe (zingiberaceae), Temulawak ini sebagai tanaman obat asli Indonesia. Namun demikian Penyebaran tanaman Temulawak banyak tumbuh di pulau Jawa, Maluku dan Kalimantan. Karakteristik Temulawak tumbuh sebagai semak tanpa batang. Mulai dari pangkalnya sudah berupa tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 m s/d 2,5 m. Daunnya panjang bundar seperti daun pisang yang mana pelepah daunnya saling menutup membentuk batang. Bersama ini kami informasikan beberapa manfaat dari Temulawak dalam menyembuhkan penyakit, diantaranya :
1. Kontrol Kolesterol
2. Menyembuhkan Penyakit Hipatitis B
3. Menambah nafsu makan
4. menghambat kerja virus HIV / AIDS
temulawak